Ingin Cepat Hamil?

Total Pageviews

Friday, June 4, 2010

Bamby

Ditulis pada hari Selasa, 11 Nov’08.

Cerita pendek

(Dua puluh tahun yang lalu)
Aku tidak pernah berencana untuk memiliki kawan yang mengalami keterbelakangan mental. Namun tiba-tiba hal itu menjadi bagian cerita dalam hidupku. Aku memiliki seorang kawan baru bernama Bamby yang ternyata mengalami keterbelakangan mental. Ia adalah anak tetangga baru sebelah rumahku yang baru saja pindah seminggu yang lalu.

Ada suatu benang merah pada manusia-manusia yang terlahir demikian. Raut wajah mereka relatif sama, cara mereka berbicara relatif sama, dan cara mereka tertawa pun relatif sama. Hati kecilku seringkali bertanya-tanya pada Tuhan, “Tuhan, sebenarnya apakah hikmah di balik Kau Ciptakannya manusia-manusia yang mengalami keterbelakangan mental? Apakah itu adil bagi mereka dan bagi keluarganya?” Entahlah, sampai detik ini pun aku masih belum mengerti maksud Tuhan di balik penciptaan manusia-manusia yang demikian.

Suatu hari aku sedang bermain-main kelereng dengan Bamby di pekarangan rumahku. Bamby sebenarnya anak yang cukup cerdas dan kreatif. Memang dia teramat lambat untuk mengerti perkataan orang lain, namun ia amat pandai bermain kelereng. Luar biasa! Beberapa kali aku dibuat kalah olehnya. Payah… memalukan saja. Suatu saat ada kelereng gacoanku yang tercebur ke selokan. Waduh, bagaimana aku harus mengambilnya? Aku takut untuk menceburkan diri ke dalam selokan yang bau sekali itu. Oleh karena itu, aku berusaha mengambilnya dengan serokan. Tapi tidak kunjung berhasil. Wuihhh… aku mulai putus asa. Sementara Bamby hanya memperhatikan tingkah lakuku dengan mimik wajah polosnya. Aku bilang padanya, “Wah, Bam.. aku tidak bisa main kelereng lagi nih. Kelereng gacoanku tercebur ke selokan sih. Aku tidak bisa mengambilnya. Selokannya bau banget lagi. Sudah ya, kita main besok saja lagi.” Bamby hanya mengangguk-angguk saja, entah dia mengerti atau tidak. Namun seketika dia menceburkan diri ke dalam selokan itu. Byuuurrrrr….
“Bamby… apa yang kamu lakukan? Ayo cepat keluar!” Aku berteriak panik.
Namun Bamby tetap saja di dalam selokan itu dan berusaha mencari kelerengku sampai akhirnya ia berhasil. Dengan wajah cerianya, ia segera naik dari dalam selokan bau itu seraya memberikan kelereng itu padaku.
“Ya Tuhan, Bamby… kamu bikin aku panik. Tapi terima kasih ya ‘Bam..”
Bamby hanya mengangguk-angguk sambil tertawa dan bergumam tak jelas. Kemudian ia mengisyaratkan supaya kami bermain kelereng lagi. Akhirnya kami pun kembali melanjutkan permainan kelereng kami.

Aku dan Bamby bersahabat sejak saat itu. Walaupun teman-temanku banyak yang mencibir pada kami ketika kami jalan bersama-sama di tempat umum, namun aku tidak peduli. Aku tetap bersahabat dengannya karena ia memberiku banyak pelajaran dalam kehidupan.
***
(November 2008)
Kejadian permainan kelereng itu adalah awal bagiku untuk mulai mengerti apa maksud Tuhan menciptakan manusia-manusia seperti Bamby. Yaitu agar kita, manusia-manusia yang dianggap memiliki kesempurnaan fisik, dapat berbagi hati dan berbagi kehidupan dengan manusia-manusia yang dianggap memiliki kekurangan fisik seperti Bamby. Padahal sesungguhnya semua diciptakan Tuhan dengan sempurna. Jadi manusia saja yang memberi label: ia manusia sempurna dan ia bukan manusia sempurna. Walaupun aku menganggap Bamby tidak mengerti perkataanku, tapi Bamby mempunyai hati yang mulia untuk menolong orang lain. Ia memberikan hatinya tanpa pamrih, benar-benar tanpa pamrih. Bamby tidak mengerti apa itu pamrih sehingga ia pun melakukan kebaikan-kebaikannya tanpa pamrih.

Lalu bagaimana dengan manusia yang menganggap dirinya normal? Atau bahkan cerdas dan pintar? Apakah sanggup melakukan kebaikan untuk orang lain tanpa pamrih?

Tuhan, terima kasih karena Kau ijinkan aku bertemu dengan manusia seperti Bamby sehingga aku dapat belajar untuk berbagi hati dan berbagi kehidupan tanpa pamrih. Tanpa embel-embel harta, tahta, ataupun penampilan fisik semata.

Untuk Bamby dan Bamby Bamby yang lain di muka bumi ini:
“Kalian semua adalah makhluk Tuhan yang sempurna. Hanya saja Tuhan memberi kalian ‘keunikan’ dengan memiliki keterbelakangan mental dibandingkan manusia-manusia lain. Tapi yakinlah, Tuhan itu Maha Adil.”
***

No comments:

Post a Comment